Minggu, 26 Februari 2012

[PATHETIC STORY] Part 3 - Urung

Surat sudah jadi. Walaupun masih berupa draft, tapi wujudnya sudah bisa disebut surat.
Aku hanya perlu merapikannya saja. Menambahkan lekukan manis pada kertas wangi berwarna kuning kecoklatan. Ini jelas bukan jenis kertas yang sering dipakai mahasiswa untuk mencatat mata kuliah.
"Kertas spesial untuk orang yang spesial."
Terakhir, tinggal menambahkan bingkai dengan amplop bercorak gambar naruto-hinata. It's very cute!

============================================================

Andai saja pagi itu tak hujan tentu surat ini sudah sampai di tangan orang yang dituju.
Hari ini memang kurang bersahabat denganku. Fajar tadi sudah jadi penanda atmosfer yang kurang baik itu. Langit biru-kemerahan yang biasa kulihat setelah shalat subuh tak kujumpai. Justru hitamlah yang semarak. Awan cumulus itu bergerak mendayu-dayu. Hendak melimpahkan rahmat-Nya dalam bentuk air.
Aku merasakan tetesan hujan pertama di bulan januari itu. Dingin.

============================================================

Dinginnya air hujan membekukan darahku. Aku kehilangan daya untuk bergerak.
Sekarang aku sudah tak lagi punya passion yang sama dengna kemarin. Visiku mulai kabur.
Surat itu pun berakhir di kubangan penuh lumpur dan duri. Seperti halnya hatiku... Dia juga tercabik.
Maka kuputuskan untuk urungkan semua.
Entahlah apa yang bakal terjadi nanti. Aku pun tak tau. Share

Jumat, 24 Februari 2012

[PATHETIC STORY] Part 2 - Sepucuk Surat

Seminggu, janji yang kubuat sendiri.
Namun, aku tak yakin bisa bertahan lebih lama lagi dari ini. Padahal baru hari ketiga.
Aku tak mampu membayangkan bagaimana jadinya hari keempat dan hari selanjutnya kalau ini tetap kuteruskan.
Atas saran seorang kawan lah ini semua aku lakukan. Tapi apakah kawan baik selalu memiliki saran yang baik untuk kita?
Pertanyaan yang baru saja terbersit dalam kepalaku. Berputar. Berotasi tanpa poros. Melayang tak tentu arah. Kacau!

=============================================================

Aku paham di saat beginilah kondisi tubuh akan cepat sekali down. Ini akan jadi masalah jika tak ada penyelesaian dari akarnya.
Aku harus bisa bersikap tegas pada diriku sendiri.
Tak boleh ada istilah abu-abu. Haram bagiku.
Tak boleh menggantungkan perasaan. Apalagi perasaan orang lain.
Bisa-bisa malah jadi dosa.

=============================================================

Surat!
Ya, bisa jadi itu adalah kunci yang kubutuhkan sekarang. Kunci yang akan membukakan semua pintu kebahagiaan. Atau malah sebaliknya. Kunci itu yang akan menutup dan menyegel semuanya.
Ada yang aneh di sini. Aku tak pernah tau dari mana ide itu berasal. Aku seperti dibisiki. Yang pasti ini di luar nalar.
Tapi, baiklah. Akan aku coba. Mencoba tak akan membuahkan kerugian selama itu gratis.
Aku akan tulis semuanya. Akan aku ungkapkan di sana.
Lalu yang perlu kulakukan selanjutnya adalah menunggu dan berdoa. Share

Kamis, 23 Februari 2012

[PATHETIC STORY] Part 1 - Cerita Bermula


Kekalutan ini sedang menghantuiku. Aku sadar betul kondisi ini akan menghancurkanku secara pelan-pelan. Aku tak bisa banyak berbuat. Hanya menunggu dan memohon agar didatangkan hidayah. Aku sudah tak bisa berpikir realistis lagi. Tekanan demi tekanan mulai jelas tertampak.
Aku sadar bahwa ini bukan kebetulan belaka. Sudah beberapa kali aku alami hal yang serupa. Sebelumnya, aku bisa memenangkan pergulatan itu. Antara malaikat dan setan dalam diriku. Seringkali malaikatku dapat bertahan dan berhasil memegang kendali atas diriku. Aku sungguh bersyukur.
Namun sekarang situasinya berbeda. Sangat berbeda. Yang kini kuhadapi tak lagi semudah yang dulu. Pribadiku yang sekarang sudah bisa memikirkan hal jauh ke depan. Masa depan. Aku tak bisa acuh terhadap apa yang bisa membuka pintu-pintu kebahagiaan. Ini tentang masa depan. Bukan sesuatu yang gampang dipecahkan.
Dengan membayangkan sosok dirinya aku bisa melihat kebahagiaanku tercipta. Seakan-akan hanya dialah yang bisa membuat diriku merasa utuh. Lalu aku berpikir. Apakah benar dia tulang rusukku yang selama ini hilang dariku?
Aku belum menemukan jawabannya. Masih menjadi misteri antara aku dan ilahi.

=============================================================

Aku tak mampu menjelaskan dari mana keyakinan itu datang.
"Dia telah mendekatkannya untukku."
Pikiran itu timbul dengan sendirinya. Seolah ada afirmasi yang ditanamkan oleh-Nya kepadaku secara langsung.
Shalat istikharah sudah aku lakukan beberapa kali. Dan aku tak juga dijauhkan darinya.
Ada apakah gerangan ini, wahai Tuhan??

=============================================================

"Yang pertama, jujur, aku kaget. Kenapa mesti dia??
Ini di luar estimasiku. Harusnya kamu ini dapetnya yang kerudung lo..."
Itulah kalimat yang muncul dari mulut seorang kawan. Kawan yang aku rasa lebih senior dalam hal beginian. Karena harus kalian ketahui bahwa dalam kasus seperti ini aku sangatlah lemah. Aku tak pernah punya pengalaman nyata di lapangan. Yang kutahu hanya sekedar teori-teori saja. Itupun aku dapat dari cerita dan kisah kawan-kawan dekat.
Aku mengkonsultasikan semuanya kepada kawan yang senior dalam hal memadu hati. Aku ungkap semua yang aku alami. Semua gundah aku ceritakan apa adanya. Tak ada lagi rasa malu. Dan memang sudah seharusnya aku buang malu itu jauh-jauh. Di saat seperti ini aku pikir malu hanya akan membuatku menderita seumur hidup. Malu hanya membuahkan penyesalan tanpa tepi. Malu hanya bisa menghalangiku dari hakku untuk bahagia di hari nanti.
Maka aku singkirkan malu itu dari benakku. Aku ganti dengan semangat membangun sebuah mahligai kebahagiaan.
Aku benar-benar menganggap ini serius.
It isn't trivial matter for me. Ini bukan hal sepele.
Aku tak boleh main-main.

Soal kerudung atau tidak. Aku tak mau ambil pusing.

=============================================================

"Jikalau memang kondisinya seperti itu, ada hal yang perlu kamu lakukan.
Konfirmasi lagi perasaan itu. Apakah dia benar-benar orang yang tepat untukmu?

Kita kan tau 'bisikan' yang kita terima itu tidak selalu berasal dari Tuhan. Syetan juga gemar membisiki hati manusia biar kita jauh dari jalan Tuhan. Yaa kamu paham lah yang beginian.
So, konfirmasi lagi aja. Dekatkan diri dengan-Nya. Maka kamu akan dapatkan jawabannya.

Sementara itu usahakan untuk menjauhkan diri dari si dia. Paling nggak seminggu lah. Jangan menampakkan gelagat untuk menjalin komunikasi. Aku yakin dalam waktu seminggu kamu akan dapet jawabannya.
Lalu lihat perubahannya. Jika ada efek magnet maka benarlah dia jodohmu!"

Sungguh saran yang bijak dari kawanku itu. Kalimat demi kalimat aku resapi dalam-dalam maknanya.
Lalu aku menyepakatinya dan berniat melakukan saran itu.
Seminggu tanpa komunikasi, aku sudah siap.

Tentang efek magnet, mungkin itu ada benarnya.
Itu sangat sesuai dengan doaku.

Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pilihan [yang tepat] kepada Engkau dengan ilmu [yang ada pada]-Mu, dan aku memohon kekuasaan-Mu [untuk menyelesaikan urusanku] dengan kodrat-Mu.
Dan aku memohon kepada-Mu sebagian karunia-Mu yang agung, karena sesungguhnya Engkau Mahakuasa sedangkan aku tidak berkuasa, dan Engkau Mahatahu sedangkan aku tidak tahu, dan Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib.
Ya Allah, sekiranya Engkau tahu bahwa urusan ini lebih baik untuk diriku, agamaku, dan kehidupanku, serta [lebih baik pula] akibatnya [di dunia dan akhirat], maka takdirkanlah dan mudahkanlah urusan ini bagiku, kemudian berkahilah aku dalam urusan ini.
Dan sekiranya Engkau tahu bahwa urusan ini lebih buruk untuk diriku, agamaku, dan kehidupanku, serta [lebih buruk pula] akibatnya [di dunia dan akhirat], maka jauhkanlah urusan ini dariku, dan jauhkanlah aku dari urusan ini, dan takdirkanlah kebaikan untukku di mana pun, kemudian jadikanlah aku ridha menerimanya.

=============================================================


Seminggu menunggu jawaban.

=============================================================

*cerita semi-fiksi
bagaimana menurut kawan-kawan kalo cerita ini dijadiin novel?? =D Share

Semangat

Cukup sudah aku bermalas-malasan seperti ini. Sebagai seorang mahasiswa yang konon katanya adalah golongan yang terpelajar dan berpikiran bebas namun tetap berkarakter idealis, nampaknya ada yang telah aku lewatkan selama ini. Aku melewatkan sesuatu yang sangat besar selama aku duduk di bangku perguruan tinggi ini. Aku telah melewatkan masa-masa emas itu tanpa menelurkan sebuah kontribusi yang nyata. Sekarang baru aku sadari bahwa momen-momen itu sudah kulewati. Aku lewati tanpa ada bekas yang bisa membawa memoriku kembali ke jaman ini sewaktu aku sudah menjadi "orang" nanti. Sedikitpun tak ada! What a waste!
Okelah.. By gone be by gone.
Sesuatu yang telah berlalu biarlah seperti itu. Tak pantas jika aku cuma menyesalinya saja. Akan menjadi lebih baik jika aku bisa menambal kekuranganku itu dengan melakukan sesuatu yang pro aktif.
Menulis adalah salah satu yang bisa aku lakukan, actually. Hanya saja aku selalu punya segudang excuse untuk menundanya. Aku tau ini tak baik. Harus ada paksaan dari dalam. Harus ada yang namanya afirmasi positif untuk bisa berubah menjadi orang yang lebih baik.
Banyak hal yang ingin aku tulis di sini. Mulai dari pengalaman hidup, cerita fiksi (bahan buat bikin bukuku nanti), motivasi, tips-trik menyiasati hidup agar lebih bermakna, dan juga masih banyak hal lain yang ingin aku tumpahkan di sini.
Aku ingin meluapkan seluruh emosiku di sini. Di blog ini.
Aku ingin blog ini menjadi sahabat baikku. Karena aku tak pandai berkomunikasi dengan bahasa verbal.

Well, enough with the chit-chat.
Aku sudah merasakan semangat perubahan itu. Tak akan kulepaskan momen ini begitu saja.
I'm gonna fill you up!
Incredibly full of masterpiece from my heart! Share