Baru saja aku baca tentang tips-tips dalam menulis dari salah satu website islami, Gaul Islam. Di situ disebutkan bagaimana cara agar tetap bisa menulis secara istiqomah. Lalu disinggung pula bahwa kegiatan menulis itu erat kaitannya dengan kemampuan berbicara seseorang. Orang yang fasih berbicara belum tentu mampu menulis dengan baik, sedangkan orang yang memiliki keterampilan menulis sudah pasti dapat berkomunikasi via berbicara dengan baik pula. Ketidakmampuan orang dalam menulis dibagi menjadi dua. Pertama, orang itu tidak bisa menulis lantaran ia buta huruf. Kedua, orang itu bisa menulis tapi kesulitan dalam menyampaikan pendapatnya dalam tulisan.
Nah, ketidakmampuan jenis kedua itulah yang membuatku terhenyak. Sepertinya aku merasa tersindir oleh tulisan itu. Yaa, walaupun merasa tersindir aku tak boleh sakit hati karena memang aku masih seperti apa yang digambarkan dalam tulisan itu: belum mampu menyampaikan pendapat dengan baik via tulisan. Aku akui ini merupakan salah satu kelemahan terbesarku. Belum mampunya aku dalam menulis sering membuatku minder dan berakhir dengan rasa frustasi. Entah kenapa, dengan mudah aku bisa termotivasi bila ada seseorang memberikan nasehat. Namun pada saat aku melakukan apa yang dinasehatkan kepadaku, rasanya sangat sulit dijalani. Istiqomah, kata-kata yang mudah diucapkan tapi sangat sulit untuk diaplikasikan. Tapi... sulit bukan berarti tidak mungkin kan?
Lalu aku mulai berpikir apakah ini ada hubungannya dengan kepribadianku?
Jawabannya, mungkin saja YA!
Sejak SMA aku dikenal teman-teman sebagai orang yang labil emosinya. Kadang pagi ceria, tapi ketika istirahat suasana hati berubah, lalu ketika pulang sekolah berubah menjadi ceria kembali. Sejak saat itu, teman-teman yang menyadari keanehanku pun menyebut aku 'Si Labil'. Menurutku sangat wajar jika mereka menganggapku aneh, karena aku sendiri pun merasakan hal yang serupa. Aku juga berpikir diriku ini aneh. Hemm... Mungkin aku ini tipe orang yang moody ya... Makanya wajar kalau kegiatan nulisku juga tergantung sama kondisi emosionalku.
Dari pribadi yang labil aku berubah menjadi pribadi yang sulit berfokus. Fenomena ini aku sadari ketika aku menapak bangku kuliah. Banyak waktu yang terbuang karena aku tidak bisa mengatur jadwal dengan baik. Banyak kegiatan yang aku harus selesaikan dalam waktu yang sangat terbatas. Tapi kebanyakan dari kegiatan itu tidak bisa aku selesaikan tepat waktu karena aku tidak bisa fokus. Biasanya aku melakukan beberapa pekerjaan dalam satu waktu. Seharusnya aku selesaikan satu pekerjaan dulu sampai finish sebelum berpindah ke pekerjaan lainnya. Kesulitan fokus ini belakangan aku sadari berlaku juga dalam pola berpikirku. Ternyata eh ternyata, memang dari sononya aku susah diajak fokus. I couldn't help my self.. :'(
Pada akhirnya, dua kelemahan di atas berujung pada satu kelemahan yang lain lagi yaitu kemampuan analisis. Nah loh... Apakah itu hasil akumulasi dari dua kelemahan tadi? Bisa jadi!
Harus aku akui sekarang ini aku memiliki kelemahan dalam menganalisis. Padahal sekarang aku benar-benar membutuhkan proficiency itu untuk menyelesaikan Tugas Akhir. Aku ingin sekali meningkatkan kemampuan itu, tapi hingga kini aku belum tau caranya. Somebody, help me!
Membaca artikel Gaul Islam itu seakan telah menginjeksikan semangat baru dalam sanubari. Sekarang tinggal bagaimana aku mengaplikasikan tips yang telah dibeberkan itu. Mungkin aku harus menuliskan apa saja yang ada di kepala ini seketika ada ide yang terpikir. Mungkin juga aku harus memperbanyak membaca untuk menambah wawasan yang akan membuat aku semakin kritis. Atau aku harus melakukan 'mungkin-mungkin' yang lain untuk bisa memperbaiki kemampuanku dalam tulis-menulis.
Dan yang pertama kali harus aku siapkan adalah niat dan doa.
Bismillah...
*Dengan membaca tulisan di atas, sobat akan langsung bisa merasakan parahnya kemampuan menulisku. Hebat kan?? Hahaha... :devil-laugh:
Share
PROGRAM LIBURAN AKHIR TAHUN 2019
5 tahun yang lalu