Minggu, 20 Mei 2012

Reportase Tour de Bromo (part 1)

KTP, begitulah kami menyebut diri kami. Entah dari mana kami dapatkan nama itu. Mungkin terilhami langsung dari atas langit. Hehe
Dalam komunitas ini kami memiliki visi dan misi yang mulia.

Visi:
Sebagai wadah bagi biker PWK untuk lebih mencintai Indonesia.

Misi:
  1. Brotherhood (internal + external)
  2. Jelajah Nusantara
  3. Pengabdian masyarakat

Dari sinilah kami membangun jaringan dan menemukan keluarga baru.

KTP (Komunitas Touring Planologi) pada touring kedua memilih Bromo sebagai destinasi. Setelah sebelumnya melibas Coban Rondo dan Kawasan Batu, kawan-kawan tertarik dengan track yang lebih menantang dengan jarak yang lebih jauh. Lalu disepakatilah Gunung Bromo sebagai the next destination dengan pertimbangan banyak member KTP yang belum pernah ke sana.
Persiapan pra-keberangkatan dimulai seminggu sebelumnya. Mulai dari persiapan personal terkait perizinan ortu sampai pengecekan motor masing-masing.

Di sini ada yang lucu..
Ketua KTP justru tak bisa ikut touring karena terkendala izin dari ortunya. Sangat disesalkan!

Masih tentang perizinan ortu.. Ada juga yang dilarang berangkat hanya karena gosip.

"Nah lo?! Gimana ceritanya tuh??"
"Sabar sabar.. Begini ceritanya..."

Jadi ada salah satu member KTP, dia cewek, sebut saja dia Bunga.

"Haha, kayak di berita kriminal aja ya.."

Si Bunga ini menuturkan kalo ibunya gak jadi mengizinkan (sebelumnya diizinkan) dia berangkat karena ada tetangganya cerita kalo sebelumnya Gunung Bromo sudah makan korban. Korban dilaporkan gak bisa diketemukan sampai saat ini. Dan korbannya itu hilang naik motor.
Nah, makanya Si Bunga tak dibolehkan berangkat kalo gak pake mobil.

"Jiaah, sejak kapan touring pake mobil?"
"Makanya itu kaan... You get the point kan sekarang? hehe"

Emang kalo perizinan kaya gitu ortu punya hak prerogatif.
Tak bisa diganggu gugat.
Di sini member dituntut harus punya lobbying skill yang mumpuni biar bisa dapet izin buat berangkat touring.

Sementara itu persiapan komunal meliputi indentitas komunitas dan juga perlengkapan bersama meliputi light stick.
Identitas komunitas bisa dilihat dari logonya.
Logo awal dapet masukan dari salah satu member senior yang jomblo, Mas Grandong.

Logo Awal

Logo "entup tawon" ini punya filosofi tersendiri:- sayap 36 merepresentasikan PWK yang berkode jurusan 36
- filosofi hidup komunitas dilambangkan dengan hewan tawon dipilih karena mereka hidup berkoloni dengan berlandaskan hidup gotong royong mbangun jembatan #eh
- gerigi teknik menunjukkan bahwa member komunitas ini adalah para montir dan teknisi bengkel (becanda)
- tulisan Observasi - Koordinasi - Eksekusi menggambarkan kegiatan sehari-hari planner

Logo itu udah dibuat sejak lama. Sejak zaman penjajahan.
Tapi karena anggotanya sibuk perang makanya disimpen terus dan baru sekarang diekspos ke media.
Begitu diekspos keluar, kawan-kawan merasa logo itu perlu disempurnakan dan disesuaikan dengan perkembangan zaman. Akhirnya oleh member yang masih berjiwa muda logo itu digubah.
Beginilah penampakan logo KTP setelah dilakukan penyesuaian di sana sini.
Logo Baru
Meski banyak yang berubah, namun filosofinya tak banyak yang beda:
- filosofi yang paling ketara adalah masih terdapat kode 36 dalam logo, yakni 3 pada bagian garis perut dan 6 pada garis di sebelah kanan roda teknik.


Untuk sementara segini dulu aja reportasenya.
Cerita pas di Bromonya aku tulis pada part 2 nanti.
Maklum foto-foto di TKP belum masuk ke meja redaksi.. hehe

Share

2 comments:

D. Indah Nurma mengatakan...

selanjutnya saya tunggu bro... Salam brotherhood :)

Unknown mengatakan...

siaap!
salam brother-hoed :D

Posting Komentar

Beritahu saya apa yang Anda pikirkan tentang tulisan ini... :)