Sabtu, 28 Mei 2011

Kenapa Harus "AL" ??

"Eh, namamu sapa?"

"Alhuda Rohmatulloh."


"Wah, sangar ya namanya.. Biasanya dipanggil gimana?"

"Panggil aja AL atau Huda."

"Al? Gaya banget kaya anak artis aja dipanggil Al, El, Dul gundul? hehe. Aku panggil Huda aja ya.."


Conversation di atas merupakan gambaran kondisi yang paling sering saya alami ketika berkenalan dengan seseorang. Sekilas, dari situ mungkin terlihat saya orangnya sok atau sekedar nggaya (logat asli mBlitar). Padahal sebenarnya ada udang dibalik gnadu. (Doh!)

Maksud saya, ada alasan mengapa kok saya ingin dipanggil dengan sebutan "AL".

FYI, nama lengkap saya itu pemberian kakek saya (dari pihak ibu). Saya adalah cucu laki-laki beliau yang pertama, sekaligus juga laki-laki pertama dari garis keturunan beliau. Menurut cerita ibu saya, kakek sangat mengharapkan keturunan laki-laki. Tapi, memang apa yang diamanahkan tidak sesuai harapan karena semua anaknya adalah perempuan. Pernah sih punya anak laki-laki, namun meninggal saat masih bayi. Jadi kelahiran saya jelas membuat kakek dilimpahi rasa bahagia tak terkira. #InterpretasiPribadi

Nah, karena itulah saya diberikan nama, yang juga merupakan doa, yang bagus banget oleh beliau: Alhuda Rohmatulloh. Artinya kira-kira: anak yang diharapkan senantiasa mendapatkan petunjuk dan rohmat Allah (biar gak tersesat kali ya). Saya sungguh beruntung, bukan?

Sejak TK hingga SMA saya dipanggil dengan sebutan "Huda". Saya biasa saja. Namun ketika kuliah, saya lebih ingin dipanggil dengan sebutan "Alhuda" yang ada "AL"-nya. Kenapa?? Ya karena saya ingin mengenang mendiang kakek yang sangat baik hingga menghadiahi saya dengan nama yang sangat unik dan beda daripada kebanyakan orang itu! Sebenarnya tidak ada yang salah dengan panggilan "Huda" itu, tapi Huda selain saya kan banyak?? Jadi gak bisa bikin saya langsung inget sama kakek. Beda kalo dipanggil "Ahuda" atau "AL"!

Satu lagi alasan. Hari-hari terakhir sebelum kakek "dipanggil" Allah, saya tidak berada di dekat beliau. Hingga pada saat beliau dikebumikan, saya juga tidak ikut menghantar. Itulah kebod*han yang saya sesali hingga detik ini. Jadi dengan panggilan baru saya yang reminding itu, paling tidak saya bisa mengobati rasa bersalah ini.
Semoga doamu dalam namaku ini menjadi berkah bagi semua!
*Amin

Terima kasih, Kakek.. :) Share

0 comments:

Posting Komentar

Beritahu saya apa yang Anda pikirkan tentang tulisan ini... :)