Kamis, 22 Maret 2012

Keyakinan yang Dikuatkan

Kemarin aku mengikuti kuliah tamu (kultam) yang diadakan oleh prodi kami, PWK. Kultam itu adalah ide dari kaprodi kami yang baru yang memiliki pemikiran visioner. Kultam yang rencananya akan diadakan secara series itu aku lihat sebagai bentuk perhatian dan kepedulian kaprodi baru untuk memotivasi mahasiswanya. Dan bagiku, acara semacam itu sangatlah berarti bagi mahasiswa yang belum tahu akan "berjalan" ke mana. Dan aku rasa aku adalah salah satu dari "golongan tak tahu arah" itu.

Satu hal yang selalu aku rasakan ketika aku mengikuti kegiatan motivational seperti ini. AKU SELALU MERASA KERDIL! Selalu...
Setiap kali ada pembicara yang memiliki latar belakang hebat, aku selalu membandingkannya dengan diriku. Mereka biasanya adalah mahasiswa atau mantan mahasiswa yang dulunya tak punya apa-apa lalu dengan gigih berjuang menggapai mimpi-mimpi mereka. Dan di akhir kisah, mereka berhasil menggapai mimpi yang mereka pernah tuliskan dulu. Mereka meraih sukses mereka sendiri.

Aku tak pernah merasakan hal lain selain IRI pada mereka semua. Seringkali aku hanya bisa menyalahkan keadaan. Menyalahkan waktu. Menyalahkan lingkunganku. Padahal tak ada yang salah dengan itu semua. Yang salah sebenarnya adalah aku sendiri. Oleh karenanya, aku sering geram pada diriku sendiri karena tak sanggup "bergerak" lebih.

Ada orang bilang bahwa manusia harus bisa mensyukuri segala pemberian Allah. Apapun itu. Dan itulah yang biasa aku lakukan. Ketika aku merasa sedikit kekurangan, aku berpikir bahwa ini adalah pemberian-Nya. Sebesar apapun itu aku harus mensyukurinya.
Tapi yang terjadi adalah aku me-ninabobo-kan diriku sendiri ke lembah yang sangat dalam bernama ZONA NYAMAN. Aku terperangkap di paradigma yang melemahkan nyali itu.
Setiap orang memang dianjurkan untuk selalu bersyukur, namun bukan berarti setelah bersyukur malah tidak melakukan apa-apa. NO, THAT'S TOTALLY WRONG AND PATHETIC!
Yang benar adalah selalu berusaha yang terbaik lalu memanjatkan kesyukuran atas apapun yang diberikan-Nya kepada kita.

======================================================================

Oke, aku rasa tulisan ini sudah mulai kehilangan fokusnya.
Back to the topic!

Sesuai judul kali ini: keyakinan yang dikuatkan... Sebenarnya keyakinan siapa dan keyakinan apa yang dikuatkan??
Jawabannya...
Keyakinan siapa? | Keyakinanku...
Keyakinan apa? | Keyakinan untuk lanjut studi di Jepang. Seperti yang sudah aku tuliskan di postku sebelumnya, aku sudah temukan satu mimpi yang akan aku kejar sampai dapat. Keyakinan yang berawal dari mimpiku sejak dulu ternyata mendapatkan penguatan dari paparan Beasiswa Kyoto tiga hari yang lalu.
Dan kemarin keyakinanku dikuatkan lagi dengan motivasi-motivasi dari Acara Menjadi Mahasiswa yang Spesial dengan pembicara Mas Ferdy.
Bukan suatu kebetulan, kurasa...

Sekarang tinggal bagaimana aku mewujudkannya.
Aku sadar bahwa jalan di depanku ini bukanlah jalan yang mulus untuk kulalui.
Tapi aku sudah bersumpah pada diriku sendiri... Aku tak akan lagi menjadi abu-abu...
Jika dengan mengambil jalan ini aku akan didera rasa sakit yang teramat sangat, itu tak masalah. Asalkan tak membunuh kita itu tak akan jadi masalah, bukan??
Karena aku percaya bahwa semua rasa sakit yang tidak membunuhku akan membuatku lebih kuat.
Karena aku percaya bahwa semua rasa sakit yang tidak membunuhku akan membuatku lebih kuat.

*) Postingan selanjutnya aku ingin menuliskan mimpi-mimpi yang sempat terlupakan. Aku ingin merapikan mimpi-mimpi yang masih berserakan. Akan kubangun jembatan itu. Jembatan yang bisa menghubungkan antara mimpi dan kenyataan. Share

0 comments:

Posting Komentar

Beritahu saya apa yang Anda pikirkan tentang tulisan ini... :)