Ketika di kampus...Jadi, apa jawaban kawan atas pertanyaan-pertanyaan di atas??
- Pernahkah kawan disibukkan oleh sesuatu yang bukan karena kuliah?
- Pernahkah kawan bolos kuliah karena suatu hal kurang penting?
- Pernahkah kawan merasa fisik kawan drop di kampus tapi bukan disebabkan oleh kegiatan akademis?
- Pernahkah kawan mengalami yang namanya krisis kepercayaan?
- Pernahkah kawan dikecewakan sendiri oleh teman baik?
Kalau saya disuruh menjawab, maka jawaban saya adalah: YA, SAYA PERNAH MENGALAMI ITU SEMUA. | Lho, kok bisa?? Di mana mengalaminya? | Di organisasi dong..
Di tahun ketiga kuliah saya, sebagian besar waktu saya luangkan untuk organisasi di kampus. | Kok niat banget sih? Emang apa sih enaknya ikut organisasi? | Salah satu alasan saya ikut organisasi adalah untuk mencari pengalaman. Maklum, pengalaman saya dalam organisasi sangat kurang. Sewaktu SMP dan SMA saya cuma jadi siswa yang SO alias Study-Oriented, tidak pernah ikut kegiatan organisasi. Jadi, di kampus perjuangan inilah saya berusaha "membayar hutang" pengalaman yang telah lalu tersebut.
Kalau ditanya apa enaknya, ya saya jawab enak enak saja. Dalam sebuah organisasi banyak softskill yang diasah. | Softskill? Makanan apaan tuh?? | Saya juga tidak paham secara mendalam tentang softskill. Yang saya tahu softskill itu adalah kemampuan yang sangat dibutuhkan dalam dunia kerja atau di manapun kita berada, namun tidak diajarkan di bangku perkuliahan. Gak diajarkan sama dosen di kelas. So, kita harus mencarinya sendiri di luar kelas! #NahLo
Supaya gak bingung, simak dulu deh definisi softskill berikut.
Soft skills merujuk kepada kecemerlangan individu dalam beberapa aspek seperti sikap dan personaliti, kemahiran berbahasa (berkomunikasi), sikap bersopan-santun, memiliki pergaulan yang luas serta bersikap optimis. Soft skills merupakan pelengkap kepada kemahiran lahiriah (hard skills) yang juga merupakan keperluan teknikal untuk mendapatkan pekerjaan. Soft skills dibahagikan kepada dua kategori iaitu kemahiran individu dan kemahiran interpersonal.Gimana, sudah paham kan tentang softskill?
Kalau gitu kita lanjut ya...
Kembali lagi ke pertanyaan-pertanyaan di awal tadi.
Jika diperhatikan sekilas mungkin seluruh item yang dipertanyakan merupakan hal negatif. Namun kehidupan dalam berorganisasi tidak selalu demikian keadaannya. Semua hal itu tidak mutlak ada di setiap organisasi. Setiap organisasi pasti punya kondisi yang berbeda-beda tergantung dari faktor internal dan faktor eksternalnya.
Nah, kalau di organisasi Alhud Yahud sendiri kondisinya gimana tuh?
Di HMPL (Himpunan Mahasiswa Planologi, nama organisasi yang saya ikuti) sendiri sekarang masih kondisinya masih belum bisa dikatakan ideal untuk sebuah organisasi, karena posisinya masih dalam taraf belajar. Maklumlah, usia HMPL masih muda. Belum genap 10 tahun. Jadi masih banyak hal yang harus dibenahi. Misal: sekretariat hima yang kondisinya masih acakadul, kinerja pengurus hima yang masih belum optimal, manajemen anggaran yang masih kacau, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Terkait dengan anggaran, seringkali kami mengalami kesulitan dalam hal pendanaan. Selain karena tingkat kepercayaan pihak birokrasi yang rendah terhadap himpunan kami yang relatif masih baru, Ikatan Alumni yang belum terkoordinasi dengan baik menjadi salah satu alasan utama mengapa dana sulit kami dapatkan. Sponsorship dari pihak luar masih belum bisa diharapkan. Saya berharap, ke depannya Ikatan Alumni PWK-ITS bisa dijalankan dengan semestinya seperti jurusan-jurusan lainnya. Amin.
Tapi ya seperti itulah kehidupan berorganisasi. Ada susahnya, ada senangnya. Susahnya ya pas kayak keadaan di atas. Senangnya, kita bisa dapet teman baru, keluarga baru, atau mungkin pacar baru (Upss..). Yang terakhir itu anggap saja saya salah ketik. Hehehe
Satu trik yang saya peroleh dari pengalaman organisasi, kalau ingin menguji sebaik apakah teman kita, sesolid atau seloyal apakah mereka, maka salah satu caranya adalah dengan mengamati tindak-tanduk mereka dalam berorganisasi. Mungkin kalau boleh saya bilang, kita bisa melihat sifat asli seseorang melalui kehidupan berorganisasinya. | Kok bisa?? | Ya bisa lahh.
Dalam organisasi kan sering terjadi ketegangan-ketegangan jika ada suatu masalah. Nah, pada saat itulah biasanya emosi dari masing-masing pribadi bermain. Sifat seseorang bisa nampak jelas dari sikap dan perbuatan pada saat ketegangan berlangsung. Kalau bahasa jawanya: ketok asline! Insyaallah, cara tersebut 99% berhasil dalam mengetes seseorang. Trust me, it works! | Wah, kok serem gitu ya kehidupan berorganisasi? | Enggak kok, justru itulah nilai plus-nya. Dinamisasi dalam hidup itu sangat diperlukan, biar gak membosankan. Nah, salah satu jalan untuk mempelajarinya adalah dengan berorganisasi. Keadaan yang dinamis dalam sebuah organisasi sedikit banyak bisa merepresentasikan kehidupan kita nanti. Dengan belajar dari situ, kita terlatih untuk menjadi pribadi yang semakin dewasa sehingga lebih punya kesiapan lebih untuk menyongsong hari esok yang lebih menantang.
Plus/minus dalam sebuah organisasi sudah pasti ada. Namun yang terpenting bukanlah keuntungan apa saja yang kita dapatkan atau kerugian apa saja yang telah kita alami dari kehidupan berorganisasi. Tetapi PELAJARAN apa saja yang bisa kita gali dari sana. Saya percaya, dengan berorganisasi kita bisa menjadi pribadi yang lebih matang secara manajerial dan juga matang secara emosional. Ya minimal, kita dapet 2 hal positif dalam satu aksi. Intinya, ikut organisasi itu gak ada ruginya.
Terakhir..
Maju terus organisasi-organisasi Indonesia!
Maju terus pemudanya!
Ubah dunia dengan tanganmu!
Belajarlah dari sekarang!
Jadilah aktivis muda!!!
Share
0 comments:
Posting Komentar
Beritahu saya apa yang Anda pikirkan tentang tulisan ini... :)