Rata-rata orang kuliah itu lamanya 4 tahun. 4 tahun tersebut adalah masa-masa di mana seseorang mengalami saat transisi dari remaja menjadi seseorang yang lebih dewasa. Aku menyebutnya "lebih dewasa" karena kebanyakan orang akan mengalami kematangan proses berpikir pada selang waktu ini. Buktinya, banyak orang yang menikah setelah mereka mendapat gelar
sarjana. Yaa, walaupun untuk bisa menikah tidaklah harus kuliah dulu, lulus SMA langsung nikah juga bisa. Bahkan tidak sampai tingkat SMA pun bisa, atau malah tidak perlu sekolah!
Yang jelas pada saat usia tersebut, telah terjadi metamorfosis pada pribadi seseorang.
4 tahun...
Bayangkan!
Dalam kurun waktu itu seseorang akan mengalami momen-momen yang sangat berkesan. Tak kalah berkesannya dengan masa SMA.
Trust me!
Kesan boleh
hampir sama dengan saat di SMA, namun tetap ada perbedaan yang sangat mendasar antara keduanya. Dalam kacamata seorang
Alhuda mahasiswa kurang kerjaan ini, perbedaan itu telah teridentifikasi yakni pada segmentasi di tiap-tiap tahunnya. Mungkin kalau di SMA tahun pertama sampai tahun ketiga isinya tentang seneng-seneng atau seru-seruan. *yang sedih ya gak perlu dipikirin lahh ya... xP
Tapi di masa kuliah, kita akan dapati hal yang sama sekali berbeda. Dari hasil
penerawanganku analisisku 4 tahun itu bisa dibagi dalam 4 segmen:
1. Adaptasi
Level : enteng
Konten : seneng-seneng, kenalan
Pengandaian : penumpang pesawat di ruang tunggu
Efek : happy, was-was
Deskripsi :
Ini masa-masa paling sengsara karena mahasiswa di tahun ini masih menyandang status
maba aka
mahasiswa bau baru. Karena lingkungan kampus merupakan lingkungan yang masih asing maka mahasiswa ini akan berupaya menyesuaikan diri dengan kondisi sekelilingnya. Dengan membawa gelar maba atau junior, mereka masih merasa sangat segan, malu, atau bahkan takut untuk berbuat macam-macam. Apalagi bila berhadapan dengan senior. Terlebih jika kuliahnya di kampusku, kampus perjuangan ITS, maka tahun pertama ini akan jadi tahun terpanjang dan terlama pada saat kuliah. Gimana enggak, maba di sini sudah pasti akan digembleng baik dari sisi akademis maupun non akademis.
Istilah yang kami gunakan: pengaderan...
2. Eksplorasi
Level : lebih menantang
Konten : seneng-seneng, gali pengalaman, cari temen kelompok (studio)
Pengandaian : penumpang pesawat di antrian mau masuk pesawat
Efek : bergelora
Deskripsi :
Tahun kedua merupakan saat-saat yang menyenangkan. Di tahun ini mahasiswa sudah terlepas dari gelar maba (
kalau beruntung loh ya... hehe). Dengan demikian, mereka sudah terbebas dari beban yang membelenggu ruang gerak mereka selama di tahun pertama. Mereka sudah punya akses seluas-luasnya untuk menggali potensi mereka. Akses sebebas-bebasnya.
Jika sudah begitu, mahasiswa akan cenderung melakukan petualangan untuk mengasah potensi diri. Biasanya berhubungan dengan minat dan bakat. Kalau di kampusku, mahasiswa tahun kedua bakal nyebar ke berbagai Unik Kegiatan (UK). Kalau punya
interest seputar minat bakat dan olahraga larinya ke UKM, yang senang organisasi bisa ke BEM pusat atau BEM fakultas, yang hobinya dakwah gabungnya ke JMMI, LDJ atau organisasi keagamaan di luar kampus (KAMMI, HMI, dll).
Tapi tetap, mereka diwajibkan berkontribusi ke himpunan jurusan sendiri. Kalau di planologi ITS yaa HMPL (Himpunan Mahasiswa Planologi). Ini bisa jadi media evaluasi dari hasil pengaderan di tahun sebelumnya. Dengan menjadi staf di departemen atau biro di himpunan sendiri, senior bisa menilai apakah mereka memiliki cukup inisiatif dan semangat berkontribusi pada himpunan atau tidak. |
Duh, mulai serius nich... | Gak seserius itu kok.
Kalau jadi staf di hima,
at least mereka bisa belajar tentang kehidupan organisasi internal mereka. Bisa mengeksplorasi preferensi mereka akan himpunan. Mau gabung ke departemen/biro apa nanti di tahun ketiga, ditentukan pada momen ini. Yang pasti mereka, yang menjadi staf, akan belajar banyak tentang bagaimana mengelola hima dengan lebih baik di tahun ketiga. Karena mau tak mau mereka jugalah yang nantinya jadi pemegang kendali di himpunan. Menerima tanggung jawab yang lebih berat dari periode pemerintahan sebelumnya. Menerima estafet kepemimpinan dari sang senior.
#ApaanSih
3. Konsentrasi
Level : beratt!
Konten : kontribusi, fokus, manajemen waktu, krisis kepercayaan
Pengandaian : pesawat yang lagi take off, mengalami turbulensi
Efek : khawatir, depresi, stres
Deskripsi :
Tahun ketiga, tahun di mana mahasiswa harus ekstra konsentrasi ke kegiatan di kampus. Akademis, organisasi, dan segala hal yang ada di kampus. Di masa-masa inilah seorang mahasiswa dintuntut untuk mengerahkan semua kemampuannya.
They must give everything they have. Giving their best. Giving their all-they-can-do for their own sake.
Semua itu untuk kepentingan mereka sendiri. Mahasiswa di tahun ketiga akan belajar tentang manajemen waktu dan manajemen kegiatan. Bukan untuk himpunan. Bukan untuk orang lain. Tapi untuk diri mereka sendiri. Untuk masa depan mereka sendiri ketika terjun ke medan yang lebih berat di masyarakat.
Dengan tingkat kesibukan yang
lumayan tinggi serta kegiatan yang cukup padat akan menjadi salah satu tantangan yang harus mereka atasi sendiri. Akan lebih baik lagi jika mereka terlibat dalam kegiatan akademis maupun non akademis (organisasi). Itu akan membuat mereka semakin paham arti dari perjuangan di kampus.
It's about fighting, struggling, surviving. Everything that can make us stronger.
Semua yang bisa bikin kita berkembang jadi lebih baik bisa kita gali di sini.
| Ini apaan sich.. Kok jadi gini..? | Yang jelas, momen ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Ingat kata kuncinya tadi, MANAJEMEN!!
4. Memori
Level : berat (tapi beda konteks sama tahun ketiga)
Konten : manajemen waktu
Pengandaian : pesawat sudah mengangkasa, keadaan tenang, kadang ada badai juga
Efek : stres, perubahan sikap drastis, intelegensi meningkat pesat
Deskripsi :
Tahun terakhir! |
semoga saja... :) | Amin.
Sebenarnya kuliah adalah momen yang sangat menyenangkan, tapi aku yakin pasti ada saja yang memiliki anggapan lain. Mereka yang berpikir bahwa kuliah itu adalah saat-saat yang suram dan penuh ketidakpastian, adalah orang-orang yang tidak banyak punya kenangan indah.
They don't have much of good memory to remember later. Kasian sekali... Emm, kesian kesian kesiaan.. #UpinIpinMode
Di tahun inilah semua kemampuan akademis kita diasah habis. Tugas Akhir (TA) yang notabene syarat sah lulusnya mahasiswa S1 seakan menjadi momok yang harus dihadapi dengan cara apapun. Tapi yang aku lihat dari mereka yang tengah mengerjakan TA, sungguh dalam diri mereka merasakan rindu akan masa kuliah di tahun-tahun sebelumnya. |
Wah, belum lulus kok sudah melow gini ya? | Err, tak tahu juga ya... Tapi ini beneran loh! Walaupun aku belum pernah ngerasain tapi gambarannya ya seperti itu. Lebih atau kurangnya aku belum bisa cerita.
I have to treasure it myself for more later.
Melihat fenomena seperti itu membuatku berkeinginan untuk menciptakan memori indah yang berkesan hingga lulus nanti. Sekarang aku berpikir bahwa di tahun keempat ini aku harus banyak meluangkan waktu bersama kawan-kawanku supaya tak ada sesal yang tertinggal di kemudian hari. Bahkan sempat terbersit olehku bahwa di tahun ini aku harus punya orang yang spesial. |
Ehemm... Someone special?? Didn't I mishear something? | Hahah, yang terakhir itu cuma andai-andai aja kok.
So don't take it so serious!
Satu yang pasti... Aku akan berusaha menggali momen berharga ini sebaik-baiknya!
Memori itu... Akan aku ciptakan sebanyak-banyaknya!
Ya, itulah tadi hasil observasi yang aku lakukan sebagai
detektif mahasiswa kurang kerjaan selama aku kuliah. Tentu saja sifatnya sangat subyektif. Aku yakin kawan-kawan punya preferensi lain yang tak kalah seru. Tapi mungkin perbedaannya tak akan jauh dari keempat hal di atas.
Kuliah itu haruslah menyenangkan. Bagi yang gak ngerasa seperti itu, tolong diusahakan buat ganti persepsi kalian.
So, sebelum terlanjur... Tak ingatkan lagi ya...
Kuliah itu enak, kawan. 4 tahun itu adalah waktu yang harus kita manfaatkan sebaik yang kita bisa. Menambah kawan, menambah
link, menambah kompetensi diri, menambah pengalaman, menghasilkan
income, dan menelurkan prestasi adalah sebagian kecil dari hal-hal yang bisa kita lakukan. Tak jarang seseorang menjadi besar di masa tuanya karena beliau telah belajar banyak hal semasa kuliahnya. Beliau-beliau itu belajar sesuatu yang dapat mendorong kompetensi mereka hingga mencapai batas/
limit-nya. Dan konsistensi untuk menuju limit tersebut disebabkan oleh lingkungan yang mendukung. Mendukung dalam artian, mereka selalu bisa menyesuaikan diri dengan keadaan sehingga merasa nyaman untuk melakukan pencapaian maksimal. Alhasil, saat mereka terjun ke masyarakat mereka memiliki kecakapan yang luar biasa. Akhirnya mereka bisa menjadi tokoh yang disegani di tengah masyarakat. Sebut saja Gie (tokoh pergerakan mahasiswa), Rhenald Kasali (figur perubah pribadi lewat buku fantastisnya, Change! dan Re-code Your Change-DNA), atau Bung Karno (sang tokoh bangsa yang sosoknya tak pernah habis ditelan masa). Mereka semua bisa seperti yang kita kenal sekarang karena integritas yang mereka berikan sewaktu kuliah. Mereka bisa menciptakan memori yang begitu kuat, bukan hanya untuk diri mereka pribadi tapi juga untuk orang-orang di sekitarnya.
Keren sekali, bukan?!
Nah, bagi yang belum punya momen-momen seperti itu, galilah mulai sekarang!
Caranya??
Tentu kawan-kawanlah yang jauh lebih paham. Tiap orang pasti punya cara masing-masing untuk menciptakan momen mereka sendiri.
Share